Kamis, 10 Oktober 2013 | By: Eka

[Review] Karnoe

#28
Judul        : Karnoe, Sejarah Tak Tertulis di Balik Nama Besar
Penulis     : Jombang Santani Khairen
Penerbit   : PT. Gramedia Pustaka Utama
Terbit       : September 2013
ISBN       : 978-979-22-9875-8
Ukuran     : 20 x 13,5 cm
Tebal        : 269 hlm
Cover       : Softcover
Harga       : Gratis (Hadiah dari Gramedia karena nulis resensi "Ibuk," dan terpilih jadi resensi pilihan)

Satu lagi novel dengan latar belakang kehidupan kampus. Kehidupan mahasiswa FE-UI, khususnya anggota Badan Otonom Economica (BOE) menjadi sentral cerita dalam novel ini. Novel ini ditulis oleh Jombang Santani Khairen, salah satu mahasiswa di Jurusan Manajemen FE-UI. Secara khusus, novel ini ditulis untuk mengenal sosok yang sangat berjasa dalam mempersatukan BOE angkatan demi angkatan, Alm. mas Karnoe.

Mas Karnoe, sosok yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan Economica. Mas Karnoe dipekerjakan di Economica sejak awal organisasi ini berdiri, Tahun 1978. Selama 33 tahun, dengan setia mas Karnoe menemani perjalanan setiap 'merpati' Economica. Bahkan, di usianya yang sudah paruh baya, ia tetap bekerja dengan tulus tanpa mengenal kata mengeluh dan lelah melayani setiap 'merpati' Economica dengan teh hangatnya.
Ia terus bersama Economica. Sepanjang hidup Economica, sepanjang itu pula ia mengabdi. Ia menjadi bapak kami. Sewaktu masa-masa sulit, adalah hal biasa kalau mas Karnoe tidak digaji. Ia pun tidak merasa keberatan. - hal. 101
Bagaikan oase di padang gurun, kehadiran mas Karnoe di tengah-tengah Economica mampu memberikan kesejukan tersendiri untuk para penghuni Economica. Kesadaran itulah sepertinya yang ingin dibagikan oleh penulis kepada pembaca pada umumnya, dan kepada penghuni baru rumah Economica pada khususnya. Penulis berharap para penghuni baru Economica dapat menemukan sosok mas Karnoe melalui tulisannya ini, meskipun tidak secara langsung.

Novel yang diangkat dari kisah nyata dengan nuansa dunia kampus dan mahasiswa ini mampu membawa angan-angan kita menapaki kembali jejak-jejak dunia kampus ketika masih berstatus mahasiswa, meskipun kita tidak berasal dari kampus yang sama dengan penulis.

Bahasa sehari-hari ala mahasiswa yang digunakan dalam novel ini membuat suasana dunia mahasiswa terasa semakin kental, serta membuat novel ini ringan untuk dibaca sehingga dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Namun demikian, terdapat beberapa kejanggalan di dalam novel ini. Meskipun tidak mempengaruhi inti cerita keseluruhan, kejanggalan tersebut dapat membuat kita berhenti membaca sejenak dan bergumam "Heh? Kok aneh. Bener ga nih?". Beberapa kejanggalan yang saya temukan antara lain:
  1. Ketika pulang dari penelitian daerah (Pindar) di Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur menggunakan kereta, Imo dan mas Karnoe turun di Stasiun Gambir kemudian naik bis ke Stasiun Jatinegara. Kejanggalan yang saya maksud disini, kenapa Imo dan mas Karnoe ga turun saja di Stasiun Jatinegara? Bukankah jika dari arah timur kereta akan melewati St. Jatinegara lebih dulu kemudian St. Gambir? Yah, mungkin ada alasan lain yang tidak diungkapkan oleh penulis, dan hanya penulis yang tahu. :)
  2. Ketika Iyas, Ranisa, dan Tanti ikut mengantarkan jenazah mas Karnoe ke Purworejo, Iyas mengatakan - dalam salah satu dialog - bahwa mereka akan naik kereta dulu ke Semarang. Pada bagian ini saya bertanya-tanya kenapa ke Purworejo malah naik kereta dulu ke Semarang? Apa ga muter-muter? Kemudian, pada dialog selanjutnya atau tepatnya SMS, Tanti memberi kabar kepada Jahen bahwa mereka sudah sampai di Kutoarjo. Nah, membaca dialog ini saya semakin bingung dan bertanya-tanya sejak kapan kereta jurusan Jakarta-Semarang melewati Kutoarjo? Akhirnya, saya menghibur diri dengan berpikir 'Oh, mungkin mereka ga jadi naik kereta ke Jakarta-Semarang tapi naik kereta Jakarta-Yogyakarta atau Jakarta-Solo atau Jakarta-Surabaya hanya tidak disebutkan oleh penulis'. Yah, who knows the truth? The writer of course! :p
Selain dua kejanggalan tersebut, ditemukan pula adanya typo dalam novel ini, meskipun hanya beberapa kata sehingga tidak terlalu mengganggu dan tidak mengurangi keasyikan dalam membaca novel ini.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, novel ini dapat membawa kita mengenal sosok mas Karnoe, meskipun ia bukan tokoh utama dalam novel ini. Seandainya mas Karnoe masih hidup, mungkin ia akan diundang sebagai tamu dalam sebuah acara talkshow di salah satu stasiun TV yang selalu mengundang orang-orang inspiratif. Semoga ketulusan dan kesederhanaan mas Karnoe, seperti yang diceritakan dalam novel ini, dapat menjadi inspirasi banyak orang. Terima kasih kepada Jombang Santani Khairen yang telah memperkenalkan sosok mas Karnoe kepada kami para pembaca.

Favorite Quote dari novel ini:
Bukan kemiskinan yang menjadi persoalan, tapi sikap memiskinkanlah yang akan tetap menekan kita dalam kemiskinan. - hal. 78
Bajingan adalah mereka, yang mengangkat tangan pada penguasa tiran dan berusaha menyembunyikan kepentingan pribadi serta kemunafikan dalam janji-janji dusta. - hal 234
Yogyakarta, 10 Oktober 2013



Update 27 Oktober 2013
Tanggapan penulis melalui kicauannya di twitter @da_jomb:
"@eka_why wah thanks eka resensinya! 2 kejanggalan itu ga janggal tdnya, saya lupa mnjlaskan knp bgtu sprtinya, tp seru jg ya jd misteri haha"

Update 29 Oktober 2013
Puji Tuhan. Terpilih jadi pemenang Quiz Resensi yang diadakan oleh Grazera.com. Memilih Benabook sebagai hadiahnya :D

Update 6 November 2013
Akhirnya resensi ini dimuat juga di web Grazera.com.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

buatin sinopsisnya

Eka mengatakan...

wah...kalo kisah nyata dibuat sinopsisnya tar jadi kurang seru pas bacanya :D

Anonim mengatakan...

Play Online Roulette for real money, free and with real - Lucky Club
Play roulette online. Find the best roulette games and real money bonuses for real money online luckyclub at LuckyClub. We list the best Roulette games and casinos with

Posting Komentar