Sabtu, 15 Januari 2005 | By: Eka

Review : Lima Sekawan - Di Pulau Harta

#7
Judul Asli                 : Five On A Treasure Land
Judul Indonesia        : Lima Sekawan : Di Pulau Harta
Penulis                     : Enid Blyton
Penerjemah              : Agus Setiadi
Penerbit                   : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit             : 2004 (Cetakan ke-14)
ISBN                       : 979-605-589-9
Tebal                        : 240 hlm
Dimensi                    : 18 x 11 x 1 cm
Cover                      : Softcover

Buku ini merupakan buku pertama seri petualangan Lima Sekawan karya Enid Blyton. Dalam buku pertama inilah diceritakan bagaimana awal pertemuan tokoh lima sekawan ini, Julian, Dick, Anne, George, dan juga Timmy seekor anjing milik George.

Pada liburan musim panas kali ini tiga bersaudara Julian, Dick, dan Anne tidak dapat berlibur ke Poltseath seperti biasanya karena penginapan penuh. Kondisi ini menjadikan Julian, Dick, dan Anne untuk pertama kalinya harus berlibur di tempat Paman Quentin, adik ayah mereka. Paman Quentin tinggal di tepi laut di Pondok Kirrin. Pondok Kirrin terletak di atas bukit rendah di teluk Kirrin. Di Pondok Kirrin inilah tiga bersaudara itu akan bertemu dengan George, sepupu mereka.

George yang sebenarnya bernama Goergina adalah seorang anak perempuan, namun ia tidak suka menjadi anak perempuan, sehingga ia lebih suka dipanggil dengan nama George. George digambarkan sebagai sebagai seorang anak perempuan yang berperangai seperti anak laki-laki.Rambutnya keriting dipotong sangat pendek. Mukanya cokelat terbakar sinar matahari. George yang terbiasa sendiri dan tidak biasa memiliki teman merasa kesal dengan kehadiran ketiga sepupunya. Hal ini menjadikan pertemuan pertama Julian, Dick, dan Anne dengan sepupunya yang bernama Georgina ini tidak begitu baik. Namun, akhirnya ia pun mau berteman dengan ketiga sepupunya karena luluh dengan kebaikan hati Julian. George pun menyadari bahwa kesenangan yang dibagi dengan orang lain akan terasa jauh lebih nikmat.

George diceritakan memiliki sebuah pulau bernama Pulau Kirrin. Pulau ini diberikan oleh ibunya. Di pulau ini terdapat runtuhan sebuah puri dan sebuah kapal karam di salah satu sisinya. George pun mengajak ketiga sepupunya berpiknik ke pulau. Saat mereka berkunjung ke pulau inilah terjadi badai sangat dasyat yang menjadikan kapal karam milik George terangkat ke permukaan. Dalam bangkai kapal tersebut mereka menemukan sebuah peti berisi peta yang menunjukkan keberadaan emas di dasar puri. Namun, ternyata keberaan peta emas itu diketahui pulau oleh para penjahat yang berpura-pura ingin membeli Pulau Kirrin. Pencarian emas dan pertemuan dengan penjahat yang tidak mereka duga sebelumnya membuat mereka berada dalam sebuah petualangan yang menegangkan dan nyaris membuat mereka terjebak dan celaka.

Bahasa ringan dan sederhana yang digunakan dalam buku ini menjadikan novel yang tergolong novel remaja ini asyik untuk dibaca. Alur dan plot cerita yang menarik juga menjadikan novel ini tidak membosankan dan membuat pembaca ingin untuk segera menyelesaikannya. Pendiskripsian karakter tokoh dan setting tempat yang begitu detail mampu membuat pembaca dapat mengimajinasikan dengan baik setiap tokoh dan tempat yang terlibat dalam cerita.

"Tak lama kemudian mereka sampai di Pondok Kirrin. Letaknya di atas sebuah bukit rendah yang berada di tepi teluk. Nama Pondok Kirrin agak menyesatkan, karena bangunannya sama sekali tidak kecil. Besar dan tua, terbuat dari batu berwarna putih. Dinding depannya dirambati tanaman mawar. Kebunnya kelihatan meriah, penuh dengan bunga-bungaan." (hlm 17)

Selain mengisahkan tentang suatu petualangan, novel ini pun mengajarkan kepada pembaca arti sebuah persahabatan. Namun, ada beberapa hal yang membuat novel ini sepertinya tidak logis, diantaranya nelayan yang pergi melaut pada pagi hari. Karena menurut logika ilmu pengetahuan, nelayan akan pergi melaut pada malam hari ketika angin darat berhembus dan pulang pada pagi hari dengan memanfaatkan angin laut yang bertiup dari laut ke darat.

"Kapal itu baru akan kelihatan apabila ada perahu nelayan yang berangkat hendak menangkap ikan. Besok kita berangkat sepagi perahu nelayan. Kuusulkan kita bangun subuh." (hlm 92)

Bandung, Januari 2005

0 komentar:

Posting Komentar