Kamis, 30 Oktober 2003 | By: Eka

Review: Rahasia Embusan Angin

#3
Judul Asli          : Bella Prater's Boy
Judul Indonesia : Rahasia Embusan Angin
Penulis              : Ruth White
Penerjemah       : Miriasti
Penerbit            : Penerbit Kaifa
Tahun Terbit      : 2003 (Cetakan I, Mei 2003)
ISBN                : 979-9452-62-7
Tebal                : 206 hlm
Dimensi             : 20 x 13 x 1 cm
Cover               : Sofcover

"Bibiku, Belle, lenyap begitu saja dari muka bumi. Terakhir kali dia terlihat saat bangkit meninggalkan tempat tidurnya sekitr lima pagi, di suatu hari Minggu yang hangat, bulan Oktober 1953." (hlm 9)
Demikianlah paragraf pertama buku ini. Buku yang ditulis oleh Ruth White, seorang guru sekaligus pustakawan di sekolah North Carolina, South Carolina dan George, untuk Dee Olivia.

Sesuai paragraf pertama yang ditulis dalam buku ini, keseluruhan isi buku ini berpusat pada misteri hilangnya Belle Prater dan kehidupan Woodrow, putra Belle Pratter, sepeninggal ibunya. Woodrow, seorang bocah lelaki berusia 12 tahun, memakai kacamata tebal dan bermata juling.  Setelah kepergian ibunya, Woodrow tinggal bersama kakek neneknya, orang tua Belle Prater. Woodrow ternyata memiliki rahasia tentang ibunya, sebuah teori tentang kepergian ibunya, yang tidak pernah diceritakannya kepada siapapun, kecuali kepada Gypsy, sepupunya. Hingga pada akhirnya, mereka sampai pada satu kesimpulan bahwa ibu Woodrow sengaja pergi meninggalkan Woodrow, bukan karena tidak mencintai Woodrow namun karena derita yang ia hadapi lebih besar daripada cintanya pada Woodrow.

Salah satu hal yang menarik buku ini adalah jika buku pada umumnya mengambil sudut pandang tokoh utama, novel ini justru mengambil sudut pandang lawan main tokoh utama, yaitu Gypsy. Gypsy seorang gadis kecil berusia 12 tahun, berambut panjang dan cenderung bertindak mengikuti keinginan hatinya. Ia memiliki trautama karena kematian ayahnya di usianya yang ke lima tahun.

Buku ini penuh dengan teka-teki dan berbagai kejutan yang membuat kita penasaran dan menjadikan kita enggan untuk berhenti membaca. Selain itu, penokohan dalam buku ini yang begitu kuat, dan pendiskripsian setiap peristiwa yang begitu detail membuat kita seolah-olah sedang berhadapan muka dengan setiap tokoh dan peristiwa dalam buku ini. Namun sayangnya, akhir cerita buku ini sedikit menggantung sehingga membuat kita merasa agak jengkel begitu selesai membacanya. 

Namun secara keseluruhan, buku ini tetap layak untuk dibaca karena berbagai pesan moral yang terkandung di dalamnya. Di akhir cerita, dengan piawai penulis menyisipkan pesan bahwa di tempat indah pun derita bisa datang. Selain tu, melalui karakter Wooodrow, terkandung pesan moral bahwa meskipun kita memiliki kekurangan, janganlah fokus pada kekurangan kita, tetapi tetaplah berkarya dan fokus pada apa yang mejadi kelebihan dan potensi kita. Sikap Woodrow ketika menghadapi setiap ejekan yang dilontarkan kepadanya karena kepergian ibunya ataupun karena matanya yang juling, juga dapat kita jadikan teladan dan contoh yang positif.

Yogyakarta, 30 Oktober 2003
 

0 komentar:

Posting Komentar